Bergembiralah Karena Ramadhan Telah Tiba Datang Kepada Kita

📜 Dari Abu Hurairah رضي اللّه عنه , Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم bersabda,

أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ، فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَليْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتْحُ فِيْهِ أَبْوَابُ وتُغَلَّقُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَحِيْمِ، وتُغَلُّ فِيْهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِيْنِ، لِلَّهِ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَها فَقْدْ حُرِمَ

“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu  langit (surga) dibuka padanya. Pintu-pintu jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.”

📌 HR. Ahmad (II/230) dan An-Nasa'i (no.2106), dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasa'i (II/93).


📝 Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Fauzan رحمه اللّه berkata, “Hadits ini adalah kabar gembira bagi hamba Allah yang shaleh dengan datangnya Ramadhan yang penuh berkah. Karena Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم memberi kabar kepada para Sahabatnya رضي اللّه عنهم mengenai datangnya Ramadhan. Ini bukan sekedar kabar semata, tetapi maknanya adalah bergembira dengan datangnya waktu yang agung. (Selayaknya) orang-orang yang sholeh yang bersegera (dalam melaksanakan kebaikan) memuliakannya dengan sebenar-benarnya pemuliaan, karena Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم telah menjelaskan bahwa Allah telah mempersiapkan di bulan Ramadhan untuk hamba-hamba-Nya sebab-sebab maghfirah (ampunan) dan keridhaan-Nya, dan ia adalah sebab-sebab yang banyak. Barangsiapa yang terluput dari mendapatkan ampunan di bulan Ramadhan maka dia diharamkan untuk mendapatkan banyak kebaikan."

📌 Ahaditsush Shiyam, Ahkam wa Adab (hlm. 13)


📝 Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali رحمه اللّه berkata, "Bagaimana tidak gembira seorang mukmin (diberi kabar gembira) dengan terbukanya pintu-pintu Surga. Bagaimana tidak gembira seorang pendosa dengan tertutupnya pintu-pintu Neraka. Bagaimana tidak gembira seorang yang berakal (diberi kabar) tentang sebuah waktu yang di dalamnya para setan dibelenggu. Dari manakah ada suatu waktu yang menyamai waktu ini (Ramadhan)."

📌 Lathaiful Ma'arif (hlm. 279)


📚 Referensi:

1. Musnad Al-Imam Ahmad

2. Sunan An-Nasa'i

3. Shahih Sunan An-Nasa'i karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, cet. I Maktabah Al-Ma'arif Riyadh-KSA th. 1419 H.

4. Ahaditsush Shiyam, Ahkam wa Adab karya Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Fauzan, Cet. IV Darul Muslim Riyadh-KSA th. 1422 H. 

5. Lathaiful Ma'arif fima limawasimil 'Aam minal Wazha-if karya Imam  Ibnu Rajab Al-Hanbali, tahqiq: Yasin bin Muhammad As-Sawas cet. V Dar Ibn Katsir Damaskus-Suriah dan Beirut-Lebanon th. 1420 H.