Sunnah Puasa Asyuro Dan Keutamaannya Serta Anjuran Menyelisihi Yahudi

1️⃣ Dari Aisyah رضي اللّه عنها ia berkata,

كانَ يَوْمُ عاشُوراءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ في الجاهِلِيَّةِ، وكانَ رَسولُ اللَّهِ ﷺ يَصُومُهُ، فَلَمّا قَدِمَ المَدِينَةَ صامَهُ، وأَمَرَ بصِيامِهِ، فَلَمّا فُرِضَ رَمَضانُ تَرَكَ يَومَ عاشُوراءَ، فمَن شاءَ صامَهُ، ومَن شاءَ تَرَكَهُ

"Dahulu, hari Asyura adalah hari yang biasa kaum Quraisy berpuasa padanya di zaman jahiliah dan Rasulullah صلى اللّه عليه وسلم pun berpuasa pada hari itu. Ketika beliau tiba di Madinah, beliau berpuasa Asyura dan bahkan memerintahkannya. Lalu, tatkala sudah diwajibkan puasa Ramadan, beliau meninggalkan hari Asyura. Sehingga, siapa saja ingin, silakan puasa Asyura. Dan siapa saja yang ingin, ia boleh tidak berpuasa Asyura."

HR. Al-Bukhari (no. 1592, 1803, 2001, 2002, 3831, 4502, 4504) dan Muslim (no. 1125)


2️⃣ Dari Ibnu Abbas رضي اللّه عنهما ia berkata,

١  -  قَدِمَ النَّبيُّ ﷺ المَدِينَةَ فَرَأى اليَهُودَ تَصُومُ يَومَ عاشُوراءَ، فَقالَ: ما هذا؟ قالوا: هذا يَوْمٌ صالِحٌ؛ هذا يَوْمٌ نَجّى اللَّهُ بَنِي إسْرائِيلَ مِن عَدُوِّهِمْ، فَصامَهُ مُوسى. قالَ: فأنا أحَقُّ بمُوسى مِنكُمْ، فَصامَهُ، وأَمَرَ بصِيامِهِ

“Nabi صلى اللّه عليه وسلم tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya : "Apa ini?” Mereka menjawab :”Sebuah hari yang baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur. Maka beliau Rasulullah menjawab :”Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi)." Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintah (sahabatnya) untuk berpuasa."

HR. Al-Bukhari (no. 2004, 3397, 3942, 4680, 4738) dan Muslim (no. 1130).


3️⃣ Dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan رضي اللّه عنهما ia berkata, aku mendengar Rasulullah صلى اللّه عليه وسلم bersabda,

هذا يَوْمُ عَاشُورَاءَ، ولَمْ يَكْتُبِ اللَّهُ علَيْكُم صِيَامَهُ، وأَنَا صَائِمٌ، فمَن شَاءَ فَلْيَصُمْ، ومَن شَاءَ فَلْيُفْطِرْ

“Ini adalah hari Asyura dan puasa Asyura tidak diwajibkan kepada kalian. Adapun aku berpuasa, maka siapa saja ingin silakan berpuasa dan siapa saja mau silakan tidak berpuasa.”

HR. Al-Bukhari (no. 2003) dan Muslim (no. 1129)


4️⃣ Dari Abu Musa Al-Asy'ari رضي اللّه عنه ia berkata,

كَانَ يَوۡمُ عَاشُورَاءَ تَعُدُّهُ الۡيَهُودُ عِيدًا، قَالَ النَّبِيُّ صلى اللّه عليه وسلم: فَصُومُوهُ أَنۡتُمۡ

Hari Asyura dijadikan oleh Yahudi sebagai hari raya. Nabi صلى اللّه عليه وسلم bersabda, “Berpuasalah kalian pada hari itu.”

HR. Al-Bukhari (no. 2005, 3942) dan Muslim (no. 1131) 


5️⃣ Dari Abu Qatadah رضي اللّه عنه, Sesungguhnya Rasulullah صلى اللّه عليه وسلم bersabda,

يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

"Puasa hari Asyura saya berharap kepada Allah dapat menghapus (dosa) tahun sebelumnya."

HR. Muslim (no. 1162)


6️⃣ Dari Ibnu 'Abbas رضي اللّه عنهما ia berkata, "Ketika Rasulullah صلى اللّه عليه وسلم melakukan puasa hari 'Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melaksanakannya, pada saat itu para Sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani." Maka beliau bersabda,

فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ  إِنْ شَاءَ اللَّهُ  صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ

"Apabila tiba tahun depan insya Allah (jika Allah menghendaki) kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan."

Ibnu Abbas mengatakan, "Belum sampai tahun depan, Rasulullah صلى اللّه عليه وسلم sudah meninggal dunia."

HR. Muslim (no. 1134)


🔘 Para ulama berpendapat bahwa sunnah hukumnya melaksanakan puasa hari 9 dan 10 Muharram diantaranya Malik, Asy-Syafi'i,  dan Ahmad sehingga (dengan dilaksanakan keduanya) tidaklah menyerupai perbuatan orang-orang Yahudi yang dimana mereka hanya berpuasa di hari ke 10 bulan Muharram saja.

✒️ Shahih Fiqh Sunnah (II/121-122) karya Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim. Cet. Maktabah At-Tauqifiyyah, Kairo.


🔘 Sebagian para ulama juga berpendapat mengenai sunnahnya puasa pada hari 11 mengiringi hari ke 9 dan 10 Muharram. Mereka berdalil dengan apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abbas رضي اللّه عنهما , bahwa Nabi صلى اللّه عليه وسلم bersabda,

صوموا يومَ عاشوراءَ، وخالفوا اليَهودَ، صوموا قبلَهُ يومًا، أو بعدَهُ يومًا

"Hendaklah kalian berpuasa pada hari Asyura dan selisilah orang-orang Yahudi, hendaklah kalian berpuasa pada hari sebelumnya dan hari setelahnya."

Akan tetapi dijelaskan oleh Syaikh Syu'aib Al-Arnauth رحمه الله bahwa sanad hadits ini dhoif, beliau mengatakan, "Diriwayatkan oleh Ahmad (I/241) dan Ibnu Khuzaimah (no. 2095) dalam hadits ini ada rawi bernama Ibnu Abi Laila -Muhammad bin Abdurrahman- dan ia sai'ul hifdzi (buruk hafalannya). Lihat takhrij beliau atas kitab Zaadul Ma'ad (II/66) cet. Muasasah Ar-Risalah, Beirut th. 1423 H. Lihat juga takhrij beliau atas hadits ini dalam Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal (IV/52-53) cet. Muasasah Ar-Risalah, Beirut th. 1416 H

Hadits ini juga dilemahkan (dhaif) oleh Syaikh Al-Albani رحمه اللّه dalam Dha'if  Al-Jaami' Ash-Shagiir (no. 3506).


Syaikh Husain bin Audah Al-Awaisyah حفظه اللّه berkata, "Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani رحمه اللّه berkata dalam Fathul Baari (IV/246): "Puasa Asyura terdiri dari tiga tingkatan. Tingkatkan yang paling dasar adalah berpuasa pada hari 10 saja, kemudian yang lebih tinggi dari itu adalah berpuasa pada hari 9 dan 10, dan yang paling tinggi dari semuanya adalah berpuasa pada hari 9, 10, dan 11."

Aku bertanya kepada Syaikh kami رحمه اللّه (Syaikh Al-Albani) bahwasanya sebagian ulama membagi puasa Asyura menjadi tiga tingkatan dan yang paling utama adalah puasa pada hari 9, 10, dan 11 apa pendapat anda? Beliau berkata, "Hal itu termasuk puasa pada bulan Muharram, dan aku memahami bahwasanya hal ini terhitung dari (bolehnya) puasa di bulan Muharram keseluruhan tanpa terkecuali karena puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah; Muharram."

Salah satu ikhwah berkata kepada Syaikh kami رحمه اللّه, "Jika seseorang mendapati kesulitan  seperti wanita haid atau seorang yang dia tidak mengetahui tentang kapan tanggal 9 Muharram (lupa atau terlewat darinya) apakah boleh kami katakan kepadanya puasalah kamu pada tanggal 11 dalam rangka menyelisihi Yahudi." Maka beliau berkata, "Hal ini lebih utama karena bulan Muharram adalah bulan untuk memperbanyak puasa, sedangkan puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah di bulan Allah; Muharram. Dengan itulah kami mengikuti tiga pembagian ini (puasa Asyura)."

✒️ Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyyah Al-Muyassarah (III/260). Cet. Daar Ibn Hazm, Beirut


📝 KESIMPULAN:

1️⃣ Sunnah hukumnya melaksanakan puasa Asyura tanggal 10 Muharram. 

2️⃣ Disunnahkan juga untuk melaksanakan puasa tasu'a yaitu puasa pada tanggal 9 Muharram dalam rangka untuk menyelisihi Yahudi dimana mereka hanya berpuasa pada hari 10 saja.

3️⃣ Meskipun hadits perintah puasa pada tanggal 9,10, dan 11 sanadnya dhaif akan tetapi hukum melaksanakannya tidaklah mengapa bahkan lebih utama karena masuk kedalam keumuman hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah رضي اللّه عنه , Rasulullgah صلى اللّه عليه وسلم bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيامِ،g بَعْدَ رَمَضانَ، شَهْرُ اللهِ المُحَرَّمُ

"Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa di bulan Allah; Muharram."

HR. Muslim (no. 1163).

Tidak mengapa juga bila menyengaja puasa pada hari 9, 10, dan 11 dalam rangka kehati-hatian disebabkan kerancuan penetapan awal bulan Muharram, hukumnya sama sesuai keumuman hadits di atas.


4️⃣ Jika seseorang terhalang untuk melaksanakan puasa pada hari 9 karena uzur syar'i seperti wanita haid, orang yang sakit, lupa, atau karena terluput/terlewat darinya maka tidak mengapa puasa pada hari ke 10 kemudian puasa setelahnya pada hari ke 11 dalam rangka menyelisihi Yahudi.

5️⃣ Tidak makruh hukumnya jika seseorang melaksanakan puasa pada hari 10 saja dan ia tetap mendapatkan keutamaan puasa tanggal 10 Muharram (Asyura). Namun lebih utama tentunya untuk melaksanakan puasa satu hari sebelumnya atau setelahnya dalam rangka menegakkan sunnah Rasulullah dan menyelisihi orang-orang Yahudi.

Wallahu a'lam.