Hukuman terbesar ialah saat yang dihukum tak merasakan hukumannya. Terebih lagi bila bahagia pada suatu perkara yang ternyata itu adalah hukuman, seperti bahagia dengan harta haram dan diberi kemudahan untuk berbuat dosa.
Orang yang seperti ini keadaannya, biasanya ia tidak bersedih bila terlewat sebuah ketaatan.Aku cermati keadaan kebanyakan ulama dan orang yang zuhud. Aku perhatikan mereka terjatuh kepada hukuman yang mereka tak sadari, umumnya penyakit mencari kedudukan.
Seorang 'alim di antara mereka marah kalau ada kesalahannya yang dibantah/dikoreksi, motivator yang terlalu dibuat-buat saat memberi kata-kata, dan yang zuhud bersikap munafik atau riya (dengan kezuhudannya).
Awal hukuman yang mereka dapati ialah tidak menoleh kepada kebenaran akibat sibuk dengan (pandangan) manusia. Dan hukuman lain yang tersembunyi adalah dicabut kenikmatan bermunajat dan kelezatan ibadah. Kecuali orang-orang beriman, baik laki-laki maupun perempuan. Allah menjaga bumi ini dengan sebab adanya mereka.
Batin mereka sama seperti lahiriyahnya, bahkan lebih jernih. Begitu pula kesendirian mereka seperti saat keramaian, bahkan lebih indah. Tekad mereka seperti bintang kejora, bahkan lebih tinggi.
Jika mereka terkenal, mereka berusaha menutupi diri. Bila terlihat satu karamah dari mereka, mereka berusaha tidak mengakuinya.
Manusia tenggelam pada kelalaian, sedangkan mereka istiqamah mengarungi "padang tiah (area yang amat luas) tak bertuan.
Bumi mencintai mereka, dan juga para Malaikat di langit.
Kita memohon taufiq kepada Allah untuk bisa mengikuti orang semisal mereka dan menjadikan kita pengikutnya.
📎 Shaidul Khathir hlm. 12, Karya Ibnul Jauzi, cet. Daar Ibn Hazm.
Ditulis oleh:
Ustadz Syafiq bin Faisal Al-Uwaini, Lc -hafizhahullah-
.jpg)