Dari Abu Hurairah رضي اللّه عنه ia berkata, aku mendengar Rasulullah صلى اللّه عليه وسلم bersabda,
كَانَ رَجُلَانِ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ مُتَوَاخِيَيْنِ فَكَانَ أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ وَالْآخَرُ مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ ، فَكَانَ لَا يَزَالُ الْمُجْتَهِدُ يَرَى الْآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ فَيَقُولُ : أَقْصِرْ فَوَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ ، فَقَالَ لَهُ : أَقْصِر . فَقَالَ: خَلِّنِي وَرَبِّي ، أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيبًا . فَقَالَ : وَاللهِ لَا يَغْفِرُ اللهُ لَكَ أَوْ لَا يُدْخِلُكَ اللهُ الْجَنَّةَ فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا فَاجْتَمَعَا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِينَ ، فَقَالَ لِهَذَا الْمُجْتَهِدِ: أَكُنْتَ بِي عَالِمًا أَوْ كُنْتَ عَلَى مَا فِي يَدِي قَادِرًا وَقَالَ لِلْمُذْنِبِ: اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي ، وَقَالَ لِلْآخَرِ : اذْهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ
Abu Hurairah رضي اللّه عنه berkata,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَوْبَقَتْ دُنْيَاهُ وَآخِرَتَهُ
“Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh ia telah mengucapkan satu ucapan yang mampu merusak dunia dan akhiratnya.”
Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4901), Ahmad (III/323), Abdullah bin Al-Mubarak dalam Az-Zuhd (no. 589) dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahiih Sunan Abi Daawud (III/201-202).
• Hadits ini menunjukkan tentang seorang yang telah melampaui batas dengan melakukan dosa dan maksiat akan tetapi di akhirat Allah memasukkan ia ke dalam surga dengan rahmat-Nya. Yang demikian terjadi adalah karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya yang amat luas bagi hamba-Nya yang beriman. Dan ketahuilah tidaklah seorang pendosa itu Allah rahmati -sebagaimana disebutkan dalam hadits ini- melainkan karena adanya sebab-sebab datangnya ampunan Allah Ta'ala yaitu dengan ia tetap memiliki prasangka baik kepada Allah dan rasa harap kepada-Nya. Dan bisa jadi dia melakukan dosa kemudian ia bertaubat kepada Allah ketika ia bermunajat kepada-Nya memohon ampunan atas dosa-dosanya ketika bersendiri yang tentunya tidak diketahui oleh orang lain kecuali oleh Allah Ta'ala. Karena -sebagaimana disebutkan dalam hadits- ia (pendosa itu) berkata, "Biarkanlah aku bersama Rabb-ku". Sekalipun kemudian ia dikalahkan oleh hawa nafsunya lagi dan lagi maka selama taubatnya adalah taubat yang benar yaitu dengan dipenuhi syarat-syaratnya maka Allah akan menerima taubatnya karena di antara syarat diterimanya taubat adalah seseorang bertekad kuat untuk tidak melakukannya lagi, dan bukan tidak melakukannya lagi.
Dan bisa jadi Allah memberikan ampunan kepada pendosa itu adalah karena dosa-dosanya tersebut bukanlah termasuk dosa syirik, maka Allah memberikan kepadanya karunia-Nya dan ampunan kepadanya.
Dalam Hadits qudsi Allah Ta'ala berfirman,
يَا ابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ لَو أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئاً لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
"Hai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian engkau menemui-Ku tanpa menyekutukan-Ku dengan suatu apa pun, pasti Aku akan menemuimu dengan ampunan sepenuh bumi pula."
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (no.3540), At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan.
Adapun dosa syirik jika seseorang mati dan ia tidak bertaubat darinya maka tidaklah ia diampuni atas dosanya.
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (QS. An-Nisa: 116)
• Hadits ini juga menunjukkan peringatan bagi orang-orang yang melaksanakan ketaatan dan rajin beribadah kepada Allah; hendaklah ia sentiasa waspada dalam menjaga diri untuk tidak pernah merasa takjub atas dirinya sendiri, tidak meremehkan atau menganggap kecil orang lain. Dan hendaklah ia juga berusaha menjaga lisannya jangan sampai terucap suatu perkataan yang tidak Allah ridhai dan perkataan yang mendahului Allah Ta'ala seperti yang ada disebutkan dalam hadits "Demi Allah, sungguh Allah tidak akan mengampunimu, atau tidak akan memasukkanmu ke dalam surga", karena perkataan ini seakan-akan menetapkan hukum dengan mendahului ketetapan dan mencegah Allah untuk melakukan apa saja yang Dia kehendaki. Serta tidaklah hal itu terucap pada seseorang melainkan karena ia merasa ada pada dirinya kemuliaan adapun si pendosa tersebut maka yang pantas baginya adalah direndahkan.
📎 Disarikan dari kitab Al-Qaulul Mufiid fii Kitaabit Tauhiid karya Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin رحمه اللّه dan Syarah Kitab Tauhid karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas رحمه اللّه; dengan tambahan dan penyesuaian.
• Sungguh kita memang wajib untuk saling memberi nasehat di antara kita dan memotivasi sesama kita untuk beramal sholeh juga dalam ketaatan. Tapi janganlah pernah kita merasa diri ini lebih baik dari orang lain yang dengannya kita merendahkan selain kita yang nampak pada dzohirnya ia adalah pelaku dosa. Padahal bisa jadi orang yang kita lihat lalai dalam ketaatan, tidak bersegera dalam kebaikan, banyak melakukan dosa atau suka bermaksiat sebenarnya atau pada akhirnya ia adalah orang yang menyadari akan kesalahannya, menyesali segala perbuatannya, dan merasa takut kepada Allah serta siksa-Nya yang kemudian dengannya ia bertaubat dikala sendiri dihadapan Rabb-nya, kemudian Allah merahmatinya serta menutup akhir hidupnya adalah dengan kebaikan.
• Demikian juga kami ingatkan kepada diri kami dan kepada setiap orang yang lalai dari ketaatan, yang melampaui batas dan bergelimang dalam kemaksiatan untuk segera kembali kepada Allah janganlah berputus asa dari rahmat-Nya. Karena Allah rahmat Allah sangatlah luas dan bertaubatlah serta memohon ampunan kepada-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
"Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar: 53)
.jpg)