Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّمَا یَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَـٰۤؤُا۟ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِیزٌ غَفُورٌ
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun." (QS. Fathir: 28)
Al-Hafizh Ibnu Katsir رحمه اللّه berkata, "Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah hanya para ulama yang mengetahui Allah, karena sesungguhnya setiap kali pengetahuan tentang kepada Dzat yang Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Mengetahui yang disifati dengan semua sifat sempurna dan memiliki nama-nama yang baik, maka semakin bertambah pengetahuannya, maka ketakutannya kepada-Nya semakin besar dan semakin banyak.' (Tafsiir Al-Qur'aan Al-'Adziim [III/747])
Abdullah bin Mas'ud رضي اللّه عنه berkata, "Cukuplah rasa takut kepada Allah itu disebut sebagai ilmu. Dan cukuplah tertipu dengan tidak mengingat Allah disebut sebagai kebodohan."
Sebagian ulama salaf berkata, "Ilmu bukanlah dengan banyaknya riwayat akan tetapi ilmu adalah rasa takut kepada Allah."
Sebagian mereka juga berkata, "Siapa yang takut kepada Allah maka dia adalah orang yang berilmu, dan siapa yang bermaksiat kepada Allah maka dia adalah orang yang bodoh." (Fadhlu 'Ilmis Salaf 'ala 'Ilmil Khalaf (hlm. 77) karya Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbali).
Al-Hasan Al-Bashri رحمه اللّه berkata: "Seorang alim (ulama) adalah orang yang takut kepada Ar-Rahman (Maha Pengasih) dalam kesendirian, senang dengan apa yang disenangi Allah, dan meninggalkan apa yang dimurkai Allah." (Tafsiir Al-Qur'aan Al-'Adziim (III/747) karya Al-Hafizh Ibnu Katsir).
Referensi:
1. Al-Qur'an dan terjemahnya, penyusun: Kemenag RI, Majma' Malik Fahd Madinah-KSA, th. 1441 H.
2. Tafsiir Al-Qur'aan Al-'Adziim, karya Al-Hafizh Ibnu Katsir, tahqiq: Abu Mu'awiyah Masih bin Abdurrahman, cet. VIII, Darush Shafiq Jubail-KSA th. 1435 H.
3. Fadhlu 'Ilmis Salaf 'ala 'Ilmil Khalaf, karya Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbali, tahqiq: Ahmad bin Fathi Al-Bukairi, cet. I, Darul Auraq Ats-Tsaqafiyyah Jeddah-KSA, th. 1438 H.
.jpg)